Sabtu, 24 Maret 2012

Teknik Pemeliharaan Ulat Sutra Tiongkok
   
Konon, teknik pemeliharaan ulat sutra Tiongkok diajarkan oleh istri Huang Di, nenek moyang bangsa Tionghoa kepada rakyatnya. Dalam tulisan pada batok kura-kura dan tulang binatang terdapat pula aksara seperti sutra, kertau dan tenunan. Kumpulan sajak pertama dalam sejarah Tiongkok yang berjudul Shijing juga menyajikan sebuah syair yang melukiskan pengambilan daun kertau untuk pemeliharaan ulat sutra, berarti pada zaman dahulu, teknik penternakan ulat sutra telah dikuasai oleh rakyat Tiongkok.
Setelah Jenderal Zhang Qian pada masa Dinasti Han Barat (tahun 206-220 Sebelum Masehi) membuka jalur dari pedalaman Tiongkok ke bagian barat, produk tekstil Tiongkok pun mulai disalurkan ke Eropa melalui Jalan Sutra. Tenunan hasil ulat sutra itu kelihatannya halus, ringan dan berwarna mencolok, maka sangat laris dan dianggap sebagai barang berharga. Konon, Cesar Kekaisaran Roma tampak hadir di teater dengan memakai jubah sutra Tiongkok dan sempat menjadi sensasi di teater. Dalam perjalanan ekspedisinya, Kolumbus berjanji kepada anak buah kapal bahwa siapa yang pertama menemukan daratan, ia akan diberi pakaian sutra. Harga sutra pada waktu itu sangat mahal, bahkan Kekaisaran Roma mengalami defisit keuangan karena mengeluarkan terlalu banyak belanja untuk mengimpor sutra. Setelah itu, di Italia pernah diberlakukan larangan penjualan dan pemakaian pakaian sutra Tiongkok, tapi larangan itu ditentang keras oleh bangsawan yang sangat gemar akan sutra Tiongkok. Akhirnya, Kekaisaran Roma terpaksa mencabut larangan itu.
Pada permulaan, orang Eropa tidak tahu dari mana asal usul sutra. Mereka semula mengira bahwa benang sutra diambil dari pohon dan dihaluskan melalui perendaman air. Setelah mengetahui bahwa benang sutra berasal dari ulat sutra peliaraan, maka mereka membulatkan hati untuk memahami teknik peteranakan ulat sutra.
Pada abad ke-6, seorang kaisar Kekaisaran Roma meminta seorang pendeta yang pernah berkunjung ke Tiongkok agar ia mencuri teknik pemeliharaan ulat sutra ke Tiongkok. Atas perintah itu, pendeta tersebut datang ke Propinsi Yunnan, Tiongkok Selatan, di mana ia mengetahui bahwa pohon kertau ditanam dengan biji buahnya dan ulat sutra ditetaskan dari telornya yang ditaruh di dada pada musim semi. Setelah pengeraman, ulat sutra dipelihara dengan pakan daun pohon kertau yang segar, dan kemudian diperolehlah benang sutra. Setelah memahai cara itu, pendeta itu mencuri sebagian telur ulat sutra dan biji pohon kertau untuk dibawa kembali ke Italia. Sekembali di Roma, pendeta itu membaurkan telur ulat sutra dengann biji buah kertau. Ia menanam telur ulat sutra di bawah tanah dan menetaskan biji di dadanya. Dengan ini, ia tentu saja mengalami kegagalan total dalam pemeliharaan ulat sutra. Setelah itu, Kaisar Kekaisaran Roma mengirim dua pendeta lagi ke Tiongkok untuk mempelajari teknik pemeliharaan ulat sutra. Kedua pendeta itu menghafalkan cara penanaman biji kertau dan pengeraman telur ulat sutra dalam hati, dan menyembunyikan biji kertau dan telur ulat sutra dalam tongkat yang isinya dikosongkan sebelumnya untuk dibawa kembali ke Roma. Dengan ini, teknik pemeliharaan ulat sutra Tiongkok tersebar ke Barat. 
Versi lain cerita tentang tersebarnya teknik pemeliharaan ulat sutra mengatakan, di sebelah barat Tiongkok terdapat satu negara kecil yang ingin belajar teknik pemeliharaan ulat sutra dari Negara Timur, tapi negara itu menolak mengajarkan teknik kepada negara kecil itu, malah meningkatkan pemeriksaan di pos perbatasan untuk mencegah dibawa ke luarnya biji kertau dan telur ulat sutra. Menurut penelitian, Negara Timur mungkin Dinasti Wei Utara (tahun 386-534 Masehi). Konon raja negara kecil di bagian barat itu tidak putus asa setelah ditolak keinginannya. Ia berakal lagi. Raja itu melamar untuk memperistri putri Negara Timur, permintaannya itu pun disetujui oleh Negara Timur.  Putri yang diperistri raja itu membawa biji kertau dan telur ulat sutra dalam perjalannya ke negeri itu tanpa diketahui orang lain, dengan ini teknik pemeliharaan ulat sutra berhasil dipelajari oleh negara kecil di bagian barat itu, dan kemudian disebarkan ke Barat.
Cerita itu dicatat dalam sebuah buku yang ditulis oleh Tangxuanzang, seorang biksu terkemuka pada masa Dinasti Tang (tahun 618-907 Masehi). Catatan itu kini terbukti oleh sebuah gambar zaman kuno yang ditemukan oleh seorang Hongaria keturunan Inggris di Xinjiang, Tiongkok Barat. Dalam gambar itu dilukiskan seorang wanita bangsawan yang bertopi, di kedua sisi wanita itu masing-masing berdiri seorang babu, yang menunjuk topi wanita bangsawan itu. Wanita itu justru adalah Putri Negara Timur yang menyebarkan biji kertau dan telur ulat sutra ke Barat.

Sumber : China ABC

Jumat, 23 Maret 2012


Tanaman Murbei berasal dari Cina, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m diatas ppermukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari. Tanaman ini mempunyai banyak jenis. Tinggi pohon sekitar 9 m. dan mempunyai percabangan banyak. Daun tunggal, letak berseling dan bertangkai dengan panjang 1-4 cm. Helai daun bulat telur, berjari atau berbentuk jantung, ujung runcing, tepi bergerigi dan warnanya hijau. Bunga majemuk bentuk tandan, keluar dari ketiak daun, warnanya putih. Ukuran dan bentuk buah tergantung kepada jenis murbei. Juga warna buah ada yang putih, putih kemerahan, ungu atau ungu tua sampai hitam. Di India utara murbei dibiarkan tumbuh sebagai pohon di belakang rumah dengan tujuan untuk buah yang enak dan harum.


Tanaman murbei disamping sebagai pakan ulat sutera juga sebagai tanaman konservasi tanah dan penghijauan. Tanaman ini sudah lama dikenal di Indonesia dan mempunyai banyak nama antara lain : Besaran (Jawa Tengah dan Jawa Timur), Kertu ( Sumatra Utara), Gertu (Sulawesi) Kitaoc (Sumatra Selatan), Kitau (Lampung), Ambatuah (Tanah Karo), Moerbei (Belanda), Mulberry (Inggris), Gelsa (Italia) dan Murles (Perancis).

Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik. Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit.

Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati. Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing (diuretik ), mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan.

Buah rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan ginjal. Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek tonik pada jantung.

Kulit akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya sebagai antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak (detumescent).

Ranting rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral.

a. Bentuk Tanaman
Tanaman murbei berbentuk semak/ perdu, tingginya dapat mencapai 5 m – 6 m, tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m – 25 m.

b. Batang
Batang tanaman murbei warnanya bermacam-macam, tergantung speciesnya, yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak dengan arah dapat tegak, mendatar dan menggantung. Batang, cabang dan ranting tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.
c. Daun
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam-macam, tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, ada yang berlekuk dan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada halus mengkilap, ada juga yang kasab dan agak kasab.

d. Bunga dan Buah
Bunga murbei berumah satu (monoecious) atau dua (dioecious). Bunga jantan dan betina masing-masing tersusun dalam untaian terpisah.

Buah murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu muda, berwarna kuning kemerahan pada waktu agak tua dan merah sampai ungu kehitaman jika sudah tua.

e. Akar
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek perakarannya mampu tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang hingga mencapai ke dalaman 10 cm – 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar tanaman murbei yang berumur tua mampu menembus ke dalaman lebih dari 300 cm.

KLASIFIKASI TANAMAN MURBEI :

Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Urticalis
Famili : Moraceae
Genus : Morus
Species : Morus sp.

Varietas Murbei
Di Indonesia ada kira-kira 100 lebih jenis/ varietas murbei, tetapi yang dikenal ada 6 jenis yaitu :

· Morus cathayana
· Morus alba
· Morus multicaulis
· Morus nigra
· Morus australis
· Morus macruora

Dari keenam jenis tersebut, jenis yang dianjurkan ditanam karena keunggulannya, baik produktivitas maupun kualitas daunnya adalah Morus cathayana, Morus alba, Morus multicaulis, Morus kanva (dari India), SHA 4 X LUN 109 (Cina), Morus multicaulis (Cina`2) dan Morus alba (Calafat). Jenis-jenis tersebut sudah beradaptasi cukup baik dengan kondisi lingkungan di Indonesia 
 
Beberapa Varietas Tanaman Murbei
Beberapa varietas tanaman murbei yang tumbuh dan berkembang dengan baik di Jawa Barat disajikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Varietas Tanaman Murbei di Jawa Barat

No
Varietas
Species
Negeri asal
Tinggi dpl
1
Kanva-2
M. bombycis
India
400 -1200
2
Cathayana
M. alba
Jepang
200 - 500
3
Multicaulis
M. multicaulis
Jepang
700 - 1200
4
Lembang
M. bombycis
Indonesia
200 - 500
5
Khunpai
M. bombycis
Tailand
200 - 500